Tuesday, June 26, 2012

Dear Mantan

Dear Ex, just stop act like I'm yours because actually I'm not. Aku memang masih punya rasa istimewa padamu, begitu pun kamu. Tapi bukan berarti kamu harus selalu memaksa aku. Memaksa untuk melakukan apa yg biasanya para "pasangan" lakukan, karena kita bukan "pasangan".
Dear Mantan, tak mengertikah kamu arti dari setiap perkataanku yang susah payah aku paksa keluar dari mulutku? Aku lelah! Aku letih mengulangi setiap penjelasanku. Karena setiap kenyataan yang aku ucapkan membutuhkan keberanian. Sungguh. Aku hanya takut aku akan menyakitimu. Aku takut mendengar setiap rengekanmu yang... sungguh aku lelah!

Dear Mantan, bisakah kamu menghargai keputusanku? Bisakah? Bisakah kamu menjalani semua sesuai kesanggupanmu seperti yang kamu ucap? tidak hanya pada suatu waktu dan setlahnya kau akan lupa. Semua yang aku putuskan, yang aku bicarakan, itu yg telah aku pikirkan berulang kali-yang mungkin terbaik untuk semua. Tidak hanya untukku dan untukkmu, tapi untuk orang sekitar- bukan berarti itu semua yang aku inginkan, bukan berarti semua itu membuatku bahagia. Aku hanya merasa harus melakukannya. Aku hanya... aku hanya tidak ingin semua sakit, semua salah, dan semakin hancur lagi. Biarkan aku saja yang menahan perih, hanya aku yang merasakan sakit, bila dengan begitu tak akan ada banyak orang yg tersakiti apalagi kedua orang tuaku. Bagaimana pun mereka, aku hanya ingin... aku hanya tidak ingin dianggap tidak menurut. Ah mungkin aku bodoh karena terus menceritakan semua karena sebanyak apa pun, serumit apa pun, se-detail apa pun aku ceritakan kau tetap tidak akan mengerti. Hanya akan membuatku semakin ingin menumpah seluruh air mata yang sejak lama ku tahan.

Dear Mantan, tidakkah kamu mengerti posisiku? Kamu memang mengerti bagimana posisiku, tp kamu tidak mau -seakan tidak ingin- mengerti bagaimana perasaanku. Aku hanya ingin membalas kebaikan orang2 tersayangku, orang2 sekitarku, terlebih lagi kedua orangtuaku. Jika kamu terlalu egois, tak pernah belajar untuk mau mengerti orang lain, jadi untuk apa aku mempertahankanmu? Untuk apa membuang begitu saja kesempatan bersama sahabat2ku, keluargaku, semua yang berarti dalam hidupku. Kau tak akan mengerti, tak akan pernah mengerti sebelum kamu belajar untuk mengerti. bukan hanya kamu yang tersakiti, tapi aku. atau mungkin orang lain.

Dear Mantan, mengertikah kau? aku di tuntut. Kenapa kau juga masih menuntutku? Keluarga, sahabatku, dan bahkan kamu! Dan bahkan (lagi) semua tuntutannya bertolak belakang? Lalu aku harus bagaimana? Kumohon kalian mengertilah.

I'm not ideal - I'm quite absurd I'm just an imperfect girl I rise above this perfect world I'm just an imperfect, imperfect girl

With tears

ME

Ti Amo 2

"kecewa aja. Maaf ya gara-gara aku kamu jadi kayak gini" "gpp kok, Aku yang salah." "kan aku yang mbuat kamu jadi kecewa. Coba kalo dari dulu aku ga smsan sama kamu. Coba kalo dulu aku ga pernah bilang sayang sama kamu. Pasti sekarang juga kamu ga kecewa kayak gini." "Kamu kok gitu sih. Aku sayang kamu." Aku tercekat membaca pesan darimu. Aku hanya tak ingin pengorbananmu padaku bertambah banyak. Karena aku mungkin ga bisa membalasnya. Mengetahui semua hal itu, ada nyeri di ujung hatiku.
Semua memang salahku dari awal. Kenapa dulu aku berani jatuh cinta padamu? Setidaknya mungkin semua akan baik-baik, kalau saja aku pendam semuanya jauh di dasar hatiku.

Seandainya dulu aku tak pernah mengakui perasaanku padamu, mungkin kejadiannya tak akan seperti ini. Mungkin hanya aku yang akan merasakan perih, tapi itu lebih baik dari pada harus ada banyak orang yang ikut tersakiti. Aku hanya akan mengukir luka di hatimu.

Seandainya dulu aku tak pernah menerimamu sebagai kekasih, kamu memang akan patah hati. Tapi aku sungguh sadar ketika aku memutuskan hubungan kita, aku mengukir luka yang semakin dalam untukmu, dan untukku. Luka yang jauh menyakitkan dari pada dulu saat aku sempat menolakmu.

Aku hanya ingin jadi pacar yang baik. Menemanimu. Menghiburmu ketika kamu terpuruk. Mendampingimu saat kau sakit dan berkata, "tenanglah sayang aku di sampingmu, menemanimu. Tidurlah. Dan cepatlah sembuh, aku merindukan senyumanmu". Tapi aku sadar ternyata aku belum diperbplehkan melakukan semua itu.

Orang lain tidak akan mengerti bagaimana aku menyayangimu. Bagaimana aku bisa menyayangimu. Mereka tak akan mengerti. Mereka tidak mengerti bagaimana posisiku. Aku tidak tahu persis, yang aku tahu kamu kesepian. Kesepian itu menyakitkan, dan bisa sangat menyakitkan. Aku tak ingin kau merasakannya.

Aku ingin ada, mendukungmu saat tak ada yang perduli padamu. Kamu dan mereka tak akan tahu betapa bahagianya aku ketika mendengar pujian yang ditujukan untukmu. Juga tak akan mengerti bagaimana sakitnya aku mendengar maki-an tentangmu atau darimu. Tak akan mendengar degup jantungku yang kian menjadi-jadi saat aku di dekatmu. Mereka tak akan mengerti senangnya aku melihat tawamu, bercanda dengan teman-temanmu sekalipun dangan cewek lain atau sahabat-sahabatku, aku TIDAK benar-benar cemburu. Aku senang, karena dengan melihat melihat semua itu, aku tahu bahwa kamu tidak sedang kesepian.

Biarlah oranglain yang melukis tawa di wajahmu. Karena mungkin aku hanya akan mengukir luka saja.

Thursday, June 14, 2012

Ti Amo

"Sudah berkurang berapa persen rasa sayangmu padaku?" Aku terkejut mendengar pertanyaannya yang tiba-tiba. Aku membetulkan posisi dudukku. Gugup. "mm mungkin sudah lebih dari separuh." jawabku mencoba terkesan tenang. Dia mengehela nafas berat "Maaf. Semua berubah karena sikapmu. Aku hanya ingin.... bebas"
Itu beberapa minggu lalu. Dan sekarang yang ada sayangku semakin bertambah saja. Karena sejak percakapan singkat itu, dia berubah. Sikapnya begitu manis, seyidaknya begitu yang kurasa. Dia tak lagi menambah kegalauanku. Dia yang ada untuk membuatku tertawa. Dia yang tidak pernah lagi memaksaku sesering dulu. Dia yang dulu, yang benar benar selama ini aku rindukan.

Sekali pun begitu, tak akan ada yang berubah dengan kondisiku. Semua orang masih terasa bersikap sama, seakan tidak setuju dengan hubungan kami. Mereka tidak akan mengerti. Dan aku juga tida memaksa mereka untuk setuju. Karena mungkin memang kami yang salah. Meski tetap saja menyakitkan.

Aku melirik hape-ku yang bergetar, tersenyum begitu melihat nomor yang tertera di layar hape. Kubuka pesannya dan aku sedikit terkejut. "Ti amo :*" begitu isinya. Aku tidak tahu persis apa artinya, tapi aku sudah bisa menduganya. Aku hanya heran, tumben dia ngerti begituan. Aku tersenyum, "artinya apa?" "Aku cinta kamu:*", balasnya. "haha tumben kamu tau yang model begituan? bahasa mana?" "iyadong. bahasa itali." Aku mencari-cari sebuah kata di google translate, karna mm yah aku tidak punya kamus bahasa itali haha "Oke, Ti amo troppo:*",begitu balasku.